JURNALISTIK DI MATA
MAHASISWA
Oleh: Eduardus John E. Sogen *)
Harus
diakui bahwa salah satu dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
terjadinya globalisasi kehidupan manusia. Globalisasi secara harafiah dapat
diartikan bahwa bangsa-bangsa di dunia sudah berada dalam suatu kehidupan yang
tidak mungkin lagi dibatasi oleh dinding-dinding yang memisahkan masing-masing
bangsa. Arus informasi yang dasyat berkat perangkat yang dihasilkan teknologi
memaksa setiap bangsa hidup dalam era globalisasi.
Peristiwa
yang sedang terjadi di dunia belahan barat pada detik itu atau beberapa menit
setelah itu dapat disaksikan oleh orang-orang yang berada di dunia belahan
timur. Demikian juga dengan peristiwa yang terjadi di benua belahan timur dapat
disaksikan oleh orang-orang yang berada di benua belahan barat. Jurnalistik
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan informasi. Kita yakin masyarakat modern
tidak dapat hidup dengan sempurna tanpa mendapatkan suguhan jurnalistik tentang
informasi-informasi yang dikemasnya.
Apakah
yang dimaksudkan dengan jurnalistik? Untuk memudahkan pemahaman kita tentang
pengertian jurnalistik, kita tinjau kembali asal usul kata jurnalistik. Menurut
Dja’far H. Assegaf (1991:9) menjelaskan bahwa dari sudut asal usul kata,
jurnalistik dapat di telusuri pada zaman kejayaan bangsa Romawi tentang asal
usul surat kabar yang disebut dengan acta
diurna. Pada zaman itu, para senator Romawi mulai menuliskan
peraturan-peraturan yang mereka buat pada lembaran-lembaran dan menempatkanya
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca masyarakat. Lembaran-lembaran
yang berisi peraturan-peraturan ini disebut dengan acta diurna. Adapun tenpat-tempat pemasangan lembaran itu disebut
dengan Forum Romanum. Istilah acta diurna merupakan istilah yang
dimiliki dan dimasyarakatkan Julius Caesar dalam Forum Romanum (Yanuar Abdullah, 1992: 12).
Dengan
demikian, Ermanto (2005: 24) menjelaskan bahwa kata jurnalistik yang digunakan
diduga berasal dari perkataan acta diurna
yang berkembang pada zaman Romawi. Untuk pengertian berita dan kejadian
sehari-hari yang termuat dalam ukuran tercetak di Eropa (Inggris dan Prancis)
berkembang istilah journal, Do journal
dan jurnee. Untuk orang-orang yang
mengelolah berita sehari-hari yang dimuat untuk lembaran tercetak itu disebut journalist. Istilah journalist adalah istilah yang berasal dari istilah journal, jurnee
yang bersumber dari istilah Julius Caesar, acta diurna dalam Forum Romanum di Romawi. Istilah journalist, di Indonesia menjadi
jurnalistik, untuk kegiatan yang sama.
Perlu
juga dikemukakan definisi jurnalistik menurut beberapa pakar. Adinegoro
mengemukakan bahwa jurnalistik diartikan sebagai macam kepandaian yang pokoknya
memberi perkabaran pada masyarakat dengan seluas-luasnya. FX. Koesworo, dkk.
Dengan singkat menyebut jurnalistik sebagai suatu kegiatan untuk menyiapkan,
mengedit dan menulis bagi
penerbitan seperti surat kabar, majalah
atau media cetak lainnya. Richard Weiner menyebut jurnalistik sebagai
keseluruhan proses pengumpulan fakta, penulisan, penyutingan, dan penyiaran
berita. Drs. M. O. Palapa menegaskan bahwa jurnalistik adalah salah satu bentuk publikasi/komunikasi yang
menyampaikan berita tentang peristiwa sehri-hari yang umum.
Beberpa
definisi di atas saling melengkapi. Dapat disimpulkan bahwa jurnalistik pada
intinya adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi/berita yang aktual kepada
masyarakat melalui media masa
secepat-cepatnya.
Di
Indonesia saat ini, dunia pers menjanjikan pekerjaan jurnalistik yang menantang
kepada generasi muda yang terampil
dan ulet. Sebagai generasi muda yang aktif dan kreatif dan berminat berjuang
dalam dunia jurnalistik harus memahami wawasan jurnalistik. Keterampilan
jurnalistik harus terasa dan diasa sehingga menjadi wartawan yang profesional,
punya wawasan, punya kepribadian dan punya keahlian.
Jurnalistik
dimata mahasiswa, suatu cara untuk mengembangkan bakat menulis yang dimiliki
oleh para mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi muda yang tepat untuk
dijadikan sasaran menjadi seorang jurnalistik yang profesional. Selain memiliki
semangat yang tinggi mahasiswa juga mudah dibimbing dan dibina untuk menjadi
jurnalistik yang profesional. Namun tidak semua mahasiswa dapat dijadikan
sasaran untuk menjadi seorang jurnalistik karena disebabkan oleh
beberapa faktor seperi, malas, tidak ada kemauan, dan bukan merupakan bakat
mereka.
Sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa dunia jurnalistik berkaitan dengan kegiatan tuli-
menulis. Mahasiswa yang suka dengan kegiatan tulis menulis atau memiliki bakat
menulis tentu tidak terlalu mengalami
kesulitan jika ingin menjadi seorang jurnalistik. Menulis cerpen juga termasuk
salah satu kegiatan dari seorang
jurnalistik. Dengan melihat kejadian-kejadian yang terjadi selama hidup atau
pengalaman hidupnya seorang mahasiswa
dapat mengangkatnya menjadi sebuah cerpen kemudian menuangkanya dalam bentuk
tulisan. Selain
itu mahasiswa juga dapat membuat press
release. Press release adalah bentuk informasi yang
ingin disebarkan kepada media massa,
biasanya media cetak
atau
merupakan tulisan yang sederhana tetapi mempunyai nilai berita,.
Jika Ada kegiatan-kegiatan penting yang
diselenggarakan kampus, seorang mahasiswa dapat membuat press release. Selain menulis cerpen dan press release, seorang
mahasiswa dapat meresensi buku.
Menulis
cerpen, membuat press release, dan
meresensi buku merupakan kegiatan kecil yang yang dapat mengembangkan bakat
menulis dari seorang mahasiswa, dan merupakan langkah awal dalam menggeluti
dunia juralistik, yang kemudian akan menjadi seorang jurnalistik jika adanya
kemauan yang tinggi dari dalam diri seorang mahasiswa.
Untuk
lebih memahami dan merasakan dunia jurnalistik serta melaksanakan kegiatannya,
alangkah baiknya seorang mahasiswa dapat mengikuti pedidikan dan latihan
jurnalistik pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik yang ada pada lembaga-lembaga yang bergerak dalam
media massa, khususnya media cetak seperti
koran dan majalah.
Untuk
menjadi wartawan tangguh dan berwawasan
seorang mahasiswa
dituntut untuk menguasai dasar-dasar jurnalistik. Wawasan dasar
jurnalistik tersebut, itu adalah sejarah pers dan jurnalistik, konsep pers,
jurnalistik, dan komunikasi tentunya,
serta kegiatan kewartawanan.
Dengan
penguasaan konsep-konsep dasar tersebut, seorang mahasiswa akan menjadi
wartawan yang tangguh dan berwawasan serta mampu mengembangkan dunia pers
indonesia masa depan, dan akan tetap berjuang dalam dunia pers dengan dasar
kebenaran yang selalu berpihak pada masyarakat. Harus diingat bahwa perjuangan
kewartawanan dalam dunia jurnalistik
adalah perjuangan membela masyarakat dan kepentingan umum dengan dasar
kebenaran. Itulah wartawan sejati ang perjuangan kewartawanannya bukan untuk
kepentingan pribadi, pengusaha, penguasa, melainkan uatuk kepentingan rakyat
dengan dasar kebenaran dan keadilan.
*) Eduardus John
E. Sogen
Mhs Prodi Public Relations ASMI Santa
Maria
NIM: PR201000283
0 komentar:
Posting Komentar